SEJARAH DESA
Pembentukan Desa Wecudai tidak terlepas dari sejarah pemekaran wilayah Pemerintahan Desa sekitarnya. Pada awalnya Desa Wecudai merupakan bagian dari Desa Lapaukke. Desa Wecudai adalah pemekaran dari Desa Lapaukke.
Nama Wecudai diambil dari nama I Wecodai (Isteri Sawerigading) yang kebetulan Markas pusat kerajaan Cina Riaja (Bahasa Bugis = Allangkana) berada dalam wilayah Desa Wecudai.
Desa Wecudai pada masa terbentuknya meliputi 3 dusun yaitu :
1. Dusun Cilellang;
Untuk memperluas lahan pertanian maka para pembantu I Wecodai yang dipimpin oleh La Mangottong mencari lahan baru untuk mencukupi makan, sekitar 3 km arah selatan Allangkanang didirikanlah sebuah rumah panggung yang sangat besar yang sekarang disebut rumah adat Bugis.
Kemudian rumah itu disebut (Bola Silellang) artinya rumah Tunggal, (Ejaan lama S = C, dan penjaga rumah bernama La Cilellang Petta Mangottong).
2. Dusun Pattiromusu;
Adalah hasil pemekaran dari Dusun Cilellang yang dulunya bernama Bola Patappuloe. Sekitar tahun 1946 terjadi perang Gerilya dan masyarakat mengungsi ke Salojampu dan Calodo daerah pinggir jalan Raya. Antara tahun 1964 situasi kembali aman dan masyarakat kembali beraktifitas sebagai petani dan mereka meminta mendirikan rumah di sekitar kebun masing-masing.
Oleh pemerintah setempat mengizinkan dengan syarat minimal 40 kepala rumah tangga demi menjaga keselamatan mereka dari gangguan keamanan. Maka tempat tinggal mereka yang baru itu diberi nama Bola Patappuloe (artinya Rumah Empat Puluh).
Yang pada saat itu masih dalam wilayah Dusun Cilellang, Pada tahun 1988 terjadi pemekaran Dusun dan Bola Patappuloe dirubah namanya menjadi Dusun Pattiromusu, karena ada sebuah Gunung yang dijadikan sebagai tempat mengintai situasi apakah ada lawan/musuh dari segala penjuru arah pada saat terjadi perang.
3. Dusun Bocco-Bocco;
Pada masa lalu kapal Welangrenge yang ditumpangi Sawerigading bersama bala tentaranya bersandar di perairan Danau Wecodai. Sauhnya diturunkan dan menancap pada satu tempat, setelah air surut dan tempat itu menjadi pantai dan bekas tempat sauh menancap berlubang dan mengeluarkan air bersih sampai tumpah keluar (Bahasa Bugis: Bocco-Bocco).
Lalu dijadikanlah oleh penduduk sebagai air MCK sehari-hari, sehingga pemukiman itu dinamakan Bocco-Bocco. Di Dusun Bocco-Bocco terdapat beberapa pemukiman masyarakat: Kampung Dori, Baru Alakkang, dan Bocco-Bocco.